
Grebeg Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat adalah simbol kekucah dalem, ini tentang simbol kemurahan hati raja kepada kawulanya atau warganya. Sultan digambarkan sebagai sosok yang mengayomi, mengayemi, dan mengenyangkan para kawulanya. Tradisi ini sudah dilaksanakan sejak pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono I. Upacara Grebeg dalam setahun diadakan tiga kali: Grebeg Syawal sebagai ungkapan syukur telah melewati bulan puasa ramadhan; Grebeg Maulud untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW; dan Grebeg Besar untuk merayakan Idul Adha.
Upacara Grebeg identik dengan Gunungan terdiri dari berbagai makanan dan hasil bumi yang disusun menyerupai gunung, sebagai simbol dari kemakmuran Keraton Yogyakarta. Gunungan ini nantinya akan dibagikan kepada masyarakat. Ada enam jenis gunungan, masing-masing memiliki bentuk dan rangkaian janis makanan yang berbeda pula.
gunungan yang puncaknya berhamparkan kue besar dan di sekelilingnya ditancapi kue ketan yang berbentuk lidah. Kedua Gunungan Gepak: gunungan yang terdiri dari empat puluh buah keranjang yang berisi aneka ragam kue-kue kecil dengan lima macam warna: merah, biru, kuning, hijau, dan hitam. Ketiga Gunungan Bromo terdiri dari beraneka ragam kue-kue yang pada bagian puncak diberi lubang untuk tempat anglo atau tungku berisi bara membakar kemenyan. Keempat Gunungan Lanang terdiri dari rangkaian kacang panjang, cabe merah, telur itik, ketan, dan pada bagian puncak ditancapi kue dari tepung beras. Kelima Gunungan Wadon merupakan gunungan yang terdiri dari beraneka ragam kue-kue kecil dan juga kue ketan. Keenam Gunungan Pawuhanmerupakan gunungan yang bentuknya mirip gunungan wadon, hanya pada bagian puncak ditancapi bendera kecil berwarna putih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar